Titan (atau Saturnus VI) adalah satelit alami terbesar Saturnus. Satelit ini merupakan satu-satunya satelit alami yang memiliki atmosfer padat,[8] dan satu-satunya objek selain Bumi yang terbukti memiliki cairan di permukaan.[9]
Titan adalah satelit elipsoidal
keenam dari Saturnus. Satelit ini seringkali digambarkan sebagai
satelit yang mirip planet dan memiliki diameter yang 50% lebih besar
dari Bulan, sementara massanya 80% lebih besar. Satelit ini merupakan satelit terbesar kedua di Tata Surya, setelah satelit Ganymede di Yupiter, dan volumenya lebih besar daripada planet Merkurius. Titan pertama kali ditemukan pada tahun 1655 oleh astronom Belanda Christiaan Huygens, dan merupakan satelit kelima di Tata Surya yang ditemukan setelah empat satelit milik Yupiter.[10]
Titan terutama terdiri dari es air dan materi berbatu. Seperti Venus
sebelum masa penjelajahan angkasa, atmosfernya yang padat dan buram
menyulitkan penyelidikan permukaan Titan hingga tibanya wahana Cassini-Huygens di Saturnus pada tahun 2004 yang membuka pengetahuan baru seperti penemuan danau hidrokarbon cair di wilayah kutub Titan. Permukaannya secara geologis masih muda, dan meskipun pegunungan dan beberapa kriovolkano telah ditemukan, hanya sedikit kawah tubrukan yang ditemui.[11][12]
Atmosfer Titan sebagian besar terdiri dari nitrogen; senyawa-senyawa kecil mengakibatkan pembentukan awan metana dan etana
serta kabut organik yang kaya akan nitrogen. Iklimnya—termasuk angin
dan hujan—menghasilkan permukaan yang mirip dengan Bumi, seperti bukit
pasir, sungai, danau, dan laut (kemungkinan terdiri dari metana dan
etana cair), dan delta, serta didominasi oleh pola cuaca musiman seperti
di Bumi. Karena permukaannya yang mengandung cairan dan atmosfernya
yang kaya akan nitrogen, siklus metana Titan dianggap mirip dengan siklus air di Bumi, meskipun suhunya jauh lebih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar